Sabtu, 06 April 2019

Ferdinand Magellan

Sebuah lukisan wajah Ferdinand Magellan yang dibuat pada abad ke-16. Tak diketahui pembuat lukisan ini.


“Kami makan roti busuk yang telah menjadi remah-remah, penuh belatung, busuk akibat kotoran tikus di atasnya. Kami minum air berwarna kuning dan berbau busuk pula,” catat Antonio Pigafetta, penulis asal Italia yang turut dalam armada laut pimpinan Ferdinand Magellan. Pigafetta, seperti dikutip dari The Discovery and Conquest of the Philippines (1521-1581) karya Martin J. Noone (1986: 58), menambahkan, “Kami juga memakan kulit sapi—digunakan untuk mengikat ujung-ujung kayu utama penyangga kapal—yang telah mengeras karena terkena panas matahari dan angin. Kami merebusnya agar lunak.” “Kami bahkan makan serbuk gergaji dari papan. Sementara tikus-tikus yang masing-masing berharga setengah keping emas, tidak banyak yang dapat kami tangkap,” imbuhnya. Catatan ini ditulis Pigafetta saat rombongan kapal berbendera Spanyol itu mulai merapat ke Filipina. Sungguh penjelajahan yang penuh penderitaan demi menemukan surga rempah-rempah di belahan dunia yang paling jauh, Kepulauan Maluku, sekaligus untuk memenuhi hasrat Magellan mengelilingi bumi.

Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Kematian Ferdinand Magellan Membuka Jalan Kolonialisme Eropa", https://tirto.id/kematian-ferdinand-magellan-membuka-jalan-kolonialisme-eropa-cJhf

Follow kami di Instagram: tirtoid | Twitter: tirto.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar